shabby

Kamis, 02 Mei 2013

tugas 2


Teori Belajar Skinner Behaviorisme
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Skinner (1953) mengenali dua bentuk pengondisia, klasik dan operan. Melalui pengkondisian klasik (yang disebut skinner sebagai pengkondisian responden), suatu respon diperoleh dari sebuah organisme dengaan suatu stimulus yang spesifik dan dapat diidentifikasikasi. Dengan pengondisian operan (yang juga disebut sebagai pengondisian Skinnerian), sebuah perilaku dibuat lebih mungkin untuk terjadi saat diberikan penguatan secara langsung.
Salah satu perbedaan antara pengondisian klasik dan operan adalah bahwa pada pengondisian klasik, perilaku diperoleh dari organism, sementara dalam pengondisian operan, perilakau terpancar.
1.      Pengondisian Klasik
Dalam  pengondisian klasik, suatu stimulus netral (conditioned) dipasangkan beberapa kali dengan―berarti langsung diikuti―suatu stimulus yang tidak dikondisikan (unconditioned) sampai mampu membawa sebuah respons yang sebelumnya tidak dikondisikan menjadi respons terkondisi.
Contoh perilaku refles. Perilaku refleks yang tidak sederhana contohnya, sebelum terjadinya geluduk terjadi petir  terlebih dahulu, orang yang sudah melihat petir akan refleks menutup kupingnya karena ia tau akan terjadi geluduk.

2.      Pengondisian Operan
Pengondisian operan adalah pemungutan yang langsung dari sebuah respon. Kemudian, penguatan akan meningkatkan kemungkinan dari perilaku yang sama untuk terjadi lagi. Organism beroperasi dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan suatu efek yang spesifik.
·         Pembentukan (shaping)  adalah suatu prosedur ketika peneliti atau lingkungan memberikan suatu penghargaan atas perkiraan kasar dari perilaku tersebut, lalu perkiraan yang lebih dekat, dan terakhir, perilaku yang diinginkan tersebut.
Contoh mengajari seorang anak keterbatasan mental untuk memakai baju sendiri. Perilaku utama dari anak tersebut adalah untuk mengenakan sendiri bajunya. Apa bila orang tua menahan pemberian penguatan sampai perilaku target ini terjadi, maka anak tersebut, tidak akan berhasil melalukannya. Untuk melatih anak tersebut orang tua harus memecah perilaku mengenakan pakaian yang kompleks menjadi bagian-bagian yang sederhana. Seperti orang tua memberikan penghargaan, misalkan permen.penghargaan ini diberikan sampai anak bisa memakai baju sendiri. Anak dapat mencapai target akhir perilaku apabila orang tua memecah suatu perilaku yang kompleks menajdi bagian-bagianperilaku yang lebih spesifik, kemudian menguatkan perkiraan berkala pada suatu respons.
·         Penguatan (reinforcement) memiliki dua efek: memperkuat perilaku dan memberikan penghargaan pada orang tersebut. Setiap perilaku yang diberi penguatan tidak selalu bersifat memberikan penghargaan atau menyenangkan bagi orang tersebut.
Contoh orang-orang di beri pengutan untuk bekerja, tetapi pekerjaan mereka membosankan dan tidak memberikan penghargaan apa pun. Penguatan ada di dalam suatu lingkungan dan bukanlah sesuatu yang dapat dirasakan oleh manusia.
Pengutan ada dua, penguatan positif dan penguatan negatif.
·         Hukuman (punishment) adalah pemberian stimulus yang tidak menyenangkan, seperti setruman atau menghilangkan stimulus yang menyenangkan, seperti memutuskan hubungan telpon seorang remaja. Berbeda dengan pengutan negatif yang menghilangkan, mereduksi, dan menghindari stimulus yang tidak menyenangkan.
·         Pengutan yang dikondisikan dan digeneralisasi (kadang siebut dengan penguatan primer)adalah stimulus lingkungan yang tidak secara alami memuaskan, namun menjadi seperti itu karena diasiosiasikan dengan penguat primer atau yang tidak dipelajari, seperti makanan, air, seks, atau kenyamanan fisik.
·         Jadwal pengutan  - Rasio-tetap (fixed-ratio- schedule)
                                - Rasio-bervasiasi (variable-ratio schedule)
                                - Interval-tetap (fixed-interval schedule)
                                - Interval-bervariasi (variable-interval schedule)
Teori Relasi Objek Melanie Klein
Ada tiga hal yang membedakan teori relasi objek berbeda dengan teori Freud. Pertama, teori relasi objek tidak terlalu menekan dorongan-dorongan biologis dan menekankan pada pentingnya pola yang konsisten dalam hubungan interpersonal. Kedua, kebalikan dari teori Freud yang yang bersifat paternalistis dan menakan pada kekuatan kontrol ayah, teori relasi objek cenderung lebih maternal dengan menekankan keintiman dan pengasuhan ibu, ketiga, teori relasi objek umumnya lebih memandang kontak dan hubungan sebagai motif utama tingkah laku manusia―bukan kesenangan seksual.
1.      Kehidupan Psikis pada Bayi
Jika Freud menekankan pada beberapa tahun pertama dalam kehidupan manusia, maka Klein lebih menekankan pada pentingnya empat sampai enam bulan pertama. Baginya, seorang bayi lebih tidak memulai hidupnya sebagai individu yang kosong. Bayi membawa predisposisi untuk mengurangi pengalaman kecemasan yang dihasilkan oleh dorongan insting hidup dan insting mati. Kesiapan bayi untuk bertindak atau bereaksi seperti yang diharapkan secara filogenetis merupakan factor bawaan, sebuah konsep yang juga disetujui oleh Freud.
·         Fantasi, bayi saat baru lahir sudah memiliki keiduppan fantasi yang aktif dan dasar fantasi “baik” dan “buruk”.
Contohnya perut penuh adalah baik; perut kosong adalah tidak baik. Selanjutnya Klein mengemukakan bayi yang tertidur saat sedang mengisap jarinya sebagai berfantasi bawa ia mengisap puting payudarah ibunya dengan baik. Bayi yang kelaparan dan menangis serta kakinya yang menendang berfantasi buruk sedang menghancurkan payudara ibunya yang buruk.
·         Objek, dorongan bawaan berupa objek. Objek ini kemudian diintroyeksikan atau dibawa ke dalam dunia fantasi anak-anak. Objek yang diintroyeksikan lebih dari sekedar pemikiran internal mengenai objek eksternal; mereka juga berkhayalan dengan menginternalisasikan objek dalam istilah-istilah yang berwujud dan konkret.
Contoh, anak yang mengintroyeksikan sang ibu percaya bahwa ibunya akan selalu di dalam dirinya.
2.      Posisi
Kleinm(1946) memandang bayi secara konstan terlibat dalam konflik mendasar antara insting hidup dan insting mati. Seiring dengan pergerakan ego menuju integrasi dan menjauhi disintegrasi, secara alamiah bayi akan memilih sensasi yang menyenagkan daripada yang membuatnya frustasi.
Dalam usahanya dalam menghadapi objek internal dan eksternal, bayi mengatur  pengalaman mereka berdasarkan posisi tertentu. Posisi untuk mewakili pertumbuhan dan perkembangan normal. Dua posisi yang dikemukakannya adalah posisi paranoid-schizoid dan posisi depresif.
·         Posisi Paranoid-Schizoid adalah mengatur pengalaman yang mengandung perasaan paranoid sebagai cara memisahkan objek internal dan eksternal menjadi objek yang baik dan buruk.
·         Posisi Depresif adalah perasaan cemas karena takut kehilangan objek yang dicintai dan perasaan bersalah karena menginginkan kehancuran objek yang dicintai.
3.      Mekanisme Pertahanan Psikis
Klien (1955) mengemukakan bahwa sejak awal masa bayinya, anak dapat mengadopsi beberapa mekanisme pertahanan diri psikis untuk melindungi perasaan yang berasal dari kecemasan sadistis oral mengenai payudara-payudara sebagai objek yang destruktif dan menakutkan di satu sisi, namun payudara sebagai objek yang menyengkan dan sangat membantunya d isisi yang lain.
·         Introyeksi (introjection) adalah khayalan yang diperoleh bayi mengenai persepsi dan pengalaman mereka dengan objek eksternal, yang asalnya dari payudara ibu. Objek-objek yang diintroyeksikan bukan representasi akurat dari objek nyata, tetapi sudah diwarnai dengan khayalan anak-anak. Misalnya, bayi berkhayal bahwa ibunya selalu ada bersamanya sehingga mereka merasa sosok ibunya berada di dalam badanya.
·         Proyeksi (projection) merupakan khayalan yang dirasakan oleh seseorang dan implus-implus yang sebetulnya dipindahkan pada orang lain, tidak berasal dari dalam diri sendiri. Anak memproyeksikan gambaran baik dan buruk dalam objek eksterna, terutama objek mengenai orang tua mereka. Contohnya, anak laki-laki memiliki keinginan untuk mengebiri ayahnya kemungkinan merupakan proyeksi dengan menyalahkan ayahnya.
·         Pemisahan (splitting) bayi dapat mengatur aspek-aspek baik dan buruk serta objek eksternal dengan cara memisahkan implus-implus yang tidak sesuai. Pemisahan ini juga memungkinkan seseorang untuk melihat aspek positif dan negatif pada kepribadiannya sendiri dan membedakan antara kepribadian yang disukai dan tidak disukai. Sebaliknya, jika pemisah dilakukan secara berlebih dan tidak luwes, maka bisa menyebabkan represi patologis. Misalnya, jika ego anak sangat kaku untuk dipisahkan menjadi saya yang baik and saya yang buruk, maka mereka tidak dapat mengintroyeksikan pengalaman buruknya menjadi ego baik.
·         Indentifikasi Proyektif (projective identification) adalah di mana bayi memisahkan bagian dari diri mereka yang tidak dapat diterimanya kemudian diproyeksikan menjadi objek lain. Misalnya, bayi biasanya memisahkan bagian dari implus destruktif  mereka dan memproyeksikannya pada payudara sebagai payudara yang buruk membuat frustasi.

4.      Internalisasi
Memasukkan aspek ekstrenal kemudian diolah menjadi rangka kerja yang bermakna secara psikologos, termasuk ego, superego dan Oedipus complex. Oedipus complex terbagi dua male Oedipus complex dan female Oedipus complex.
·         Ego, merupakan aspek yang paling tidak teratur, namun ego cukup kuat untuk merasakan kecemasan, untuk menggunakan mekanisme pertahanan diri, serta untuk membentuk objek relasi awal pada khayalan dan kenyataan. Bayi mengintroyeksikan payudara baik dan payudara buruk, dan gambaran ini merupakan titik utama untuk pembentukan ego selanjutnya. Contohnya, saat ego mengalami payudara baik, maka ego mengarapkan pengalaman yang sama dengan objek lain, seperti tangan, dot, atau ayahnya.
·         Superego, gambaran Klein mengenai superego berbeda dari gambaran Freud . ada tiga aspek penting yang membedakan pandangan dengan Freud. Pertama, proses penggabungan yang terjadi pada waktu kehhidupan yang lebih awal. Kedua, pertumbuhan Oedipus complex yang tidak mencukupi. Ketiga, pandangan lebih keji dan kasar.
·         Oedipus complex, terjadi selama tahap falik, yaitu ketika anak berusia sekitar empat sampai lima tahun dan setelah mereka melewati tahap oral dan anal. Sebaliknya, bagian terpenting dari Oedipus complex adalah bahwa ketakutan anak akan adanya ancaman dari orang tuanya. Menekankan pentingnya anak-anak menjaga perasaan positif terhadap kedua orang tuanya selama tahun-tahun Oedipal.  Ia berhipotesis bahwa selama tahap-tahap awal, Oedipus complex menyediakan kebutuhan yang sama, baik terhadap anak laki-laki ataupun perempuan yaitu untuk membangun sikap positif dengan objek yang baik dan menyenangkan dan menghindari objek yang menakutkan.



Teori Belajaar Kognitif Sosial Rotter dan Mischel Humanistik
Rotter
Mischel
1.      Interaksi manusia dengan lingkungan yang bermakna
1.      Konsistensi Paradoks, perilaku tergantung pad prespsi individu/kelompok. Perilaku dengan sifat tidak berhubungan semua tergantung kondisi/ situasi.
2.      Bisa dipelajari
2.      CAPS (cognitive-affective personality system)
2.      Kesatuan mendasar
3.      Interaksi manusia
3.      Motivasi terarah kesuatu tujuan (goal-oriented)

4.      Manusia mampu mengantisipasi kejadiaan

5.      Kebutuhan
·         Pengakuan-status, kebutuhan untuk diakui oleh orang lain dan untuk mendapat status di mata orang lain.
·         Dominasi, kebutuhan untuk mengendalikan perilaku orang lain.
·         Kemandirian, kebutuhan untuk bebas dari dominasi orang lain.
·         Perlindungan-ketergantungan, kebutuhan untuk diperhatikan oleh orang lain, untuk dilindungi dari rasa frustrasi dan sesuatu yang menyakitkan, serta untuk memuaskan kategori kebutuhan lainnya.
·         Cinta dan afeksi,kebutuhan untuk diterima oleh orang lain yang lebih dari sekedar pengakuan dan status.
·         Kenyamanan Fisik,  kebutuhan ini meliputi perilaku-perilaku yang diarahkan untuk mendapatkan makanan, kesehatan yang baik, dan keamanan fisik. Misalkan makan, tidur.

6.      Dua sekala untuk memprediksikan prilaku
·         Skala internal-eksternal
·         Interpersonal/ trust/ kepercayaan interpersonal, kepercayaan terhadap orang lain dengan kata lisan maupun tertulis. Contoh, percaya dengan janji-janji politikus.


sumber :
Feist ,Jess & Georgy J.Feist . 2012. Teori Kepribadian (bagian 1).  Jakarta : Salemba Humanika.
Feist, Jess & Georgy J.Feist . 2012. Teori Kepribadian (bagian 2).  Jakarta : Salemba Humanika.