Definisi stres
Stres
merupakan hal yang melekat pada kehidupan siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang
berbeda dan dalam jangka panjang-pendek yang tidak sama, pernah atau akan
mengalaminya dan tidak seorang pun bisa
terhindar dari padanya. Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa
latin ”singere” yang berarti ” keras”
(stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut
dari waktu ke waktu dari straise,
strest, stresce, dan stress(Yosep, 2007)
Menurut
Selye, dalam bukunya yang berjudul Stres Without Distress, stress adalah segala
situasi dimana tuntutan nonspesifik mengharuskan seorang individu untuk merespon atau melakukan tindakan
(Potter & Perry, 2005). Nemey dalam Grenberg (1984) dalam Yosep (2007)
menyebutkan stres sebagai reaksi fisik,
mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan
merisaukan seseorang. Definisi lain
menyebutkan bahwa stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik,
emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi
kesehatan fisik manusia tersebut (Hardjana,
1994). Menurut Gray & Smeltzer (1990) dalam agoes (2003) stres
adalah munculnya reaksi psikologis yang
membuat seseorang merasa tegang atau cemas yang disebabkan ketidakmampuan
mengatasi atau meraih tuntutan atau keinginannya.
Stres
diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan nilai budaya, perubahan sistem
kemasyarakatan, tugas atau pekerjaan serta akibat ketegangan antara idealisme dan realita (Sulistiawati,
2005). Baik nyata maupun imajinasi, persepsi seseorang terhadap stres
sebenarnya berasal dari perasaan takut atau
marah. Perasaan ini dapat di ekspresikan dalam sikap tidak sabar, frustrasi,
iri, tidak ramah, depresi, bimbang, cemas, rasa bersalah, khawatir, atau apati.
Selain itu perasaan ini juga dapat
muncul dalam bentuk sikap yang pesimis, tidak puas, produktivitas rendah, dan
sering absen. Emosi, sikap dan perilaku kita yang terpengaruh stres dapat
menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan tergantung reaksi individu tersebut
terhadap stres.
Pada
penelitian yang dilakukan oleh Braznitz & Golberger (2001) mengatakan bahwa setiap individu memiliki
ambang stres yang berbeda-beda karena
karakteristik individu akan mempengaruhi tingkatan stres yang dialaminya. Adaptasi merupakan suatu bentuk respon tubuh
sebagai homeostasis pada sistem
lingkungan internal dan termasuk didalamnya penstabilan biologis
internal dan pemeliharaan psikologis dalam hal jati diri dan rasa harga diri.
Menurut
Everly dan Giardano dalam Munandar (1995) stres dapat ditandai dengan tiga
gejala utama yaitu mood, muskuloskeletal (otot rangka), dan viceral (organ
dalam tubuh). Masing-masing gejala tersebut ditandai dengan :
·
Mood: over excited, perasaan bimbang,
sulit tidur, mudah bingung dan lupa, kurang konsentrasi, rasa tidak nyaman dan
gelisah, serta gugup.
·
Muskuloskeletal: jari-jari dan tangan
gemetar, tidak dapat duduk tenang; diam dan berdiri ditempat, sakit kepala,
otot tegang dan kaku, bicara gugup, leher menjadi kaku.
·
Visceral: perut mual, mulas dan muntah,
degup jantung terganggu, banyak
berkeringat, kepala terasa ringan atau pingsan, kedinginan/menggigil,
wajah menjadi panas dan mulut menjadi kering.
Hal-hal yang menimbulkan stres
Hal-hal
yang menimbulkan stres yang dapat menimbulkan stres disebut stressor. Ancaman,
kejadian atau perubahan merupakan stressor.
Terdapat dua tipe stressor yaitu stresor
yang berasal dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
·
Eksternal
Stresors
Physical Environment
misalnya kebisingan, cahaya yang berlebihan, suhu udara yang panas dan kondisi
ruangan yang sempit.
·
Social
Interaction misalnya mengalami tindakan yang kasar,
korban sikap berkuasa, menerima tindakan agresif dari pihak lain dan mengalami
kekerasan
·
Organizational, situasi organisasi yang
dapat menimbulkan stres adalah adanya peraturan yang terlalu, red tape, dan tekanan date line yang harus dipenuhi.
·
Peristiwa penting dalam hidup misalnya
kelahiran, kematian, kehilangan pekerjaan, promosi, dan perubahan status
perkawinan.
·
Kecerobohan kegiatan sehari-hari,
misalnya rutinitas bepergian dalam jarak jauh, lupa menyimpan kunci, dan
kerusakan mesin.
Internal Stressors
·
Stressors internal dapat disebabkan
adanya pemilihan terhadap gaya hidup yang diwarnai dengan kecanduan minum
minuman yang mengandung kafein, kurang tidur dan jadwal yang terlalu padat.
·
Pembicaraan pribadi yang negatif, hal
ini ditandai dengan pemikiran yang pesimis, sering mengkritik diri sendiri dan
melakukan analisis yang berlebihan.
·
Jebakan pemikiran, misalnya harapan yang
tidak realistis, taking things
personally,terlalu banyak yang dipikirkan atau tidak berpikir sama sekali, exaggeration dan berpikir kaku
·
Hambatan pribadi misalnya workaholic dan perfeksionis.
Faktor-faktor yang menimbulkan
stress
1.
Kepribadian
a. Introvert
dan Ekstrovert
Tipe kepribadian adalah
suatu klasifikasi mengenai individu dalam satu atau dua atau-pun lebih
kategori, atas dasar dekatnya pola sifatnya yang cocok dengan kategori tipe
tadi (Chaplin, 2001). Tipe kepribadian diakui merupakan sesuatu yang penting
dalam mempelajari manusia dengan segala tingkah lakunya, karena dengan
mendalami dan memahami manusia berdasarkan tipe kepribadiannya, maka akan
diperoleh keterangan yang jelas, langsung, dan lugas mengenai karakteristik
kepribadian orang tersebut dan pada gilirannya dapat meramalkan tingkah laku
(Feldmen dalam Handayani, 2006)
Karakteristik
Kepribadian Introvert dan Ekstrovert
Eysenck (dalam Riyanti &
Prabowo, 1998), berpendapat bahwa ekstroversi dan introversi merupakan dua
kutub dalam satu skala. Kebanyakan orang akan berada di tengah-tengah skala
itu, hanya sedikit orang yang benar-benar ekstrovert atau introvert. Eysenck
menambahkan dua dimensi baru yaitu stability (keajegan) dan instability (ketidakajegan)
atau neurotisme. Jika kedua dimensi ini digabungkan maka akan terbentuk suatu
sumbu yang memiliki empat bidang. Dalam tiap-tiap bidang terdapat ciri-ciri
kepribadian tertentu.
INTROVERT
Pasif
Pendiam
Hati-hati
tidak sosial
Penuh
perhatian penuh
keengganan
Damai
pesimis
Terkontrol
bersahaja
Mantap
kaku
Temperamen
stabil pencemas
Kalem
suasana
hati labil
---STABIL
--------------------------------------------------------------------- TIDAK
STABIL—
kepemimpinan
mudah
tersinggung
bebas
gelisah
lincah
agresif
mudah
bergaul mudah
dipengaruhi
responsif
impulsif
aktif
bicara
optimis
sosial
aktif
Gambar
1. Dimensi Keajegan Kepribadian Dalam Skala Introvert-Ekstrovert (Irwanto dalam
Riyanti dan Prabowo, 1998)
EKSTROVERT
Orang-orang
yang introvert ditandai oleh kecenderungan mudah tersinggung, perasaan gampang terluka,
mudah gugup, rendah diri, mudah melamun, sukar tidur. Intelegensia relatif
tinggi, perbendaharaan kata-kata baik, cenderung tetap pada pendirian (keras
kepala), umumnya teliti tapi lambat, mereka agak kaku, dan kurang suka lelucon
terlebih mengenai seks. Sedangkan orang-orang yang ekstrovert intelegensia
mereka relatif rendah, pebendaharaan kata-kata kurang, mempunyai kecenderungan
tidak tetap pada pendirian, umumnya mereka cepat namun tidak teliti, mereka
tidak begitu kaku, dan mereka menyukai lelucon terlebih mengenai seks.
(Suryabrata, 2002).
Selain
itu, menurut Eysenck (dalam Hjelle & Ziegler, 1992), ciri-ciri kepribadian
introvers (stabil) antara lain tenang atau kalem, mempunyai temperamen yang
mantap. Dapat dipercaya, terkontrol, merasa damai, penuh perhatian, pasif.
Ciri-ciri kepribadian introvers (neurotik) antara lain murung, mudah cemas,
kaku, bijaksana, pesimis, hati-hati, sulit berpartisipasi sosial, diam.
Sedangkan ciri-ciri kepribadian ekstrovert (stabil) antara lain mempunyai jiwa
pemimpin, periang, lincah, bebas, responsif, aktif bicara, mudah berpartisipasi
sosial. Ciri-ciri kepribadian ekstrovert (neurotik) antara lain agresif, mudah
menerima rangsangan, menyukai perubahan, optimis, dan aktif.
b. Feksibel dan Rigid
Tipe
kepribadian ”A” merupakan tipe kepribadian yang beresiko tinggi terkena stres. Rosenmen & Chesney (1980)
dalam Hawari (2001) menggambarkan ciri-ciri tipe kepribadian ini sebagai berikut:
Ambisius, agresif dan kompetitif, banyak jabatan rangkap, kurang sabar, mudah
tegang dan tersinggung serta marah, kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat,
percaya diri berlebihan, cara berbicara cepat, bertindak serba cepat,
hiperaktif, tidak dapat diam, bekerja tidak mengenal waktu, pandai
berorganisasi dan memimpin (otoriter), lebih suka bekerja sendiri bila ada
tantangan, kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak relaks), serba
tergesa-gesa, mudah bergaul, mudah menimbulkan perasaan empati dan bila tidak
tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan, tidak mudah dipengaruhi, kaku
(tidak fleksibel), berusaha keras untuk segala sesuatunya terkendali.
Tipe
kepribadian “B” adalah kebalikan dari tipe kepribadian “A”, dengan ciri-ciri:
ambisi yang wajar-wajar saja, tidak agresif dan sehat dalam berkompetisi serta
tidak memaksakan diri, penyabar, tenang, tidak mudah tersinggung dan tidak
mudah marah (emosi terkendali), kewaspadaan dalam batas wajar dan kontrol diri
serta percaya diri yang tidak berlebihan, cara bicara yang tidak tergesa-gesa,
bertindak pada saat yang tepat, perilaku tidak hiperaktif, dapat mengatur waktu
dalam bekerja (menyediakan waktu untuk istirahat), dalam berorganisasi dan
memimpin bersifat akomodatif dan manusiawi, lebih suka bekerjasama dan tidak
memaksakan diri bila menghadapi tantangan, pandai mengatur waktu dan tenang
(relaks), tidak tergesa-gesa, mudah bergaul, ramah dan dapat menimbulkan empati
untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit), tidak kaku (fleksibel), sabar dan
mempunyai selera humor yang tinggi, dapat menghargai pendapat orang lain, tidak
merasa dirinya paling benar, dapat membebaskan diri dari segala macam problem
kehidupan dan pekerjaan manakala sedang berlibur, dan mampu menahan serta
mengendalikan diri (Hawari, 2001).
c.
Over
Activity/Agresi
Pribadi
yang over activity adalah mereka yang terlalu agresif dalam menuangkan segala
suasana hati, bahkan sampai berlebihan dalam menghadapi kondisi lingkup sosial.
2.
Kecakapan
Seseorang yang sehat
memiliki kecakapan potensi secara penuh, stres kecakapan dimana keadaan tenaga
kerja tidak diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya,
atau untuk mengembangkan kecakapan potensialnya
secara penuh.
3.
Nilai
dan kebutuhan : sosialisasi, adaptasi, internalisasi
Setiap pribadi
mempunyai kebudayaan masing-masing. Kebudayaan yang terdiri dari
keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma perilaku yang menunjang
pribadi dalam usahanya mengatasi
masalah-masalah adaptasi ekstenal dan internal.
4.
Reaksi
Flight or fight?
Flight
or fight response merupakan reaksi stres di dalam tubuh.
Saat berhadapan dengan suatu ancaman, tubuh mempersiapkan dirinya untuk; apakah
akan tetap berada di tempat dan menghadapi ancaman tersebut (fight), ataukah akan kabur/lari menjauhi
ancaman tersebut (Flight)
5.
Teknik
penenangan pikiran
Teknik-teknik
penenangan pikiran meliputi: (a). Meditasi, (b). Pelatihan relaksasi autogenik,
(c). Pelatihan relaksasi neuromuscular
a.
Meditasi
Meditasi
dapat dianggap sebagai teknik, dapat pula dianggap sebagai suatu keadaan
pikiran (mind), keadaan mental.
Berbagai teknik, seperti yoga, berzikir, relaksasi progresif, dapat menuju ke
tercapainya keadaan mental tersebut.
b.
Pelatihan
relaksasi autogenik
Relaksasi
autogenik adalah relaksasi yang ‘ditimbulkan sendiri’ (autogenesis=ditimbulkan
sendiri). Teknik ini berpusat pada gambar-gambaran berperasaan tertentu yang
dihayati bersama dengan terjadinya peristiwa tertentu yang kemudian terkait
kuat dalam ingatan, sehingga timbulnya kenangan tentang peristiwa akan
menimbulkan pula penghayatan dari gambar perasaan yang sama.
c.
Pelatihan
neuromuscular
Pelatihan
relaksasi neuromuscular adalah suatu program yang terdiri dari latihan-latihan
sistrematis yang melatih otot dan komponen-komponen system saraf yang mengandalikan
aktivitas otot. Individu diajari untuk secara sadar mampu merelaksasikan otot
sesuai dengan kemauannya setiap saat.
Managemen stress
Stres dalam pekerjaan
dapat dicegah timbulnya
dan dapat dihadapi
tanpa memperoleh dampaknya yang
negatif. Memanajemeni stres berarti berusaha mencegah timbulnya stres, meningkatkan ambang stres dari
individu dan menampung akibat fisiologikal
dari stres.
Memanajemeni stres bertujuan untuk mencegah
berkembangnya stres jangka pendek menjadi stres
jangka panjang atau stres yang kronis. Kita tidak selalu berhasil untuk
mencegah stres. Kita selalu akan menjumpai situasi-situasi yang tidak kita duga
semula yang merupakan pembangkit stres.
Stres merupakan bagian dari kehidupan kita. Yang perlu diusahakan ialah
dapat dipertahankannya stres yang positif konstruktif dan dicegah serta diatasi stres yang kronis, yang
bersifat negatif destruktif. (Munandar,
2006).
Pandangan interaktif mengatakan bahwa stres
ditentukan oleh faktor-faktor di lingkungan
dan faktor-faktordari individunya.
Dalam memanajemeni stres
dapat diusahakan untuk:
1.
Mengubah
faktor-faktor di lingkungan agar tidak merupakan pembangkit stres, dan
2.
Mengubah faktor-faktor dalam individu agar:
a.
Ambang
stres meningkat, tidak cepat merasakan situasi yang dihadapi sebagai penuh
stres;
stres;
b.
Toleransi
terhadap stres meningkat, dapat lebih lama bertahan dalam situasi yang penuh stres, tidak cepat menunjukkan akibat yang merusak dari
stres pada badan. Dapat mempertahankan
kesehatannya.
Teknik-teknik
yang dapat digunakan ialah:
1.
Kerekayasaan
organisasi
Teknik
ini berusaha untuk mengubah lingkungan kerja agar tidak cepat dirasakan
sebagai penuh stres. Yang perlu diubah ialah faktor-faktor yang dapat menjadi pembangkit stres yang dibahas sebagai
kategori: faktor-faktor intrinsik pekerjaan, faktor-faktor peran
dalam organisasi, faktor-faktorpengembangan karier, dan faktor-faktor struktur dan iklim
organisasi (Munandar, 2006) Jenis perubahan apapun dalam hal fungsi atau
struktur organisasi dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan stres yang berhubungan dengan pekerjaan, dapat dianggap memenuhi syarat sebagai sebuah
intervensi dalam manajemen stres.
2.
Kerekayasaan
kepribadian
Strategi
yang digunakan untuk kerekayasaan kepribadian ialah upaya untuk menimbulkan perubahan-perubahan dalam
kepribadian individu agar dapat dicegah timbulnya stres dan agar ambang stres dapat ditingkatkan.
Perubahan-perubahan yang
dituju ialah perubahan dalam hal pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai-nilai yang mempengaruhi persepsi dan sikap
tenaga kerja terhadap pekerjaannya.
3.
Teknik
penenangan melalui aktivitas fisik
Tujuan
utama penggunaan teknik penenangan melalui aktivitas fisik ialah untuk menghamburkan atau untuk menggunakan
sampai habis hasil-hasil stres yang diproduksi oleh ketakutan dan ancaman, atau yang mengubah sistem hormon
dan saraf kita ke dalam sikap
mempertahankan. Manfaat yang kedua dari aktivitas fisik ialah bahwa ia menurunkan reaktivitas kita terhadap
stres di masa mendatang dengan cara mengkondisikan
relaksasi. Sumbangan ketiga diungkapkan dalam rasa sehat, tenag dan ringan (transcendence) yang timbul sesudah
latihan-latihan fisik.
Stres Positif dan Stres Negatif
a. Eustress
Eustress
adalah stres positif yang terjadi ketika tingkat stres cukup tinggi untuk
memotivasi agar bertindak untuk mencapai sesuatu. Eustress adalah stres yang
baik yang menguntungkan kesehatan seperti latihan fisik atau mencapai promosi.
b. Distress
Distress
atau stress negative terjadi ketika tingkat stress terlalu tinggi atau terlalu
rendah dan tubuh dan pikiran mulai menanggapi stressor dengan negatif. Distress
di lain pihak merupakan stress yang menganggu kesehatan dan sering menyebabkan
ketidakseimbangan antara tuntutan stress dan kemampuan untuk memenuhi tuntutan.
Dengan demikian penanganan stress dapat meningkatkan motivasi dan stimulus. Apabila
kita memiliki kemampuan untuk memenuhi tuntutan lingkungan, kita dapat
menggunakan stres dengan cara yang efektif.
Pengalaman Stres Positif dan Stres
Negatif
Stres Positif
Ketika
saya mengikuti sebuah kompetisi banyak tekanan dan beban yang saya rasakan,
sayang mengalami stres karena memikirkan tentang persiapan dan kemampuan saya
untuk hari H. Tapi stres ini memicu saya untuk semakin berusaha dan semangat
agar bisa sukses di kompetisi tersebut. Dengan pengalaman saya tadi saya telah
mengalami stres positif.
Stres Negatif
Stres
Negatif sering sekali dialami oleh banyak orang, karena hidup pasti dipenuhi
oleh stres. Stres negatif yang sering saya alami adalah stres karena terjebak macet
di jalan ketika saya sedang terburu-buru atau sedang berkepentingan. Karena macet
yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam bisa membuat mood saya menjadi sangat
buruk pada waktu-waktu berikutnya dan membuat kegiatan di hari itu kacau.
Sumber :