KONSEP SEHAT DIMENSI
Ada beberapa dimensi kesehatan yang harus dipertimbangkan. Dimensi ini dapat dibagai menjadi dimensi individual (fisik, emosional, spiritual, mental, sosial) dan dimensi kesehatan lingkungan dan masyarakat yang lebih luas. Untuk memahami hal-hal yang menjadi unsur kesehatan, beberapa dimensi tersebut dijelaskan di bawah ini secara lebih terperinci.
1. Emosi
Emosi sesorang mempunyai dampak yang besar pada orang lain ketika seseorang mengekspresikannya dalam cara yang dapat diterima oleh orang lain. Ketika kita menerima respon-respon emosional dari orang lain, kita merespon dalam cara yang benar, mungkin dengan ekspresi emosi kita sendiri. Contoh, jika salah satu teman saya memenangkan suatu hadia dan menunjukkan kebahagiaan, saya mungkin juga merespon dengan kegembiraan juga atau tergantung pada persepsi saya tentang situasi itu, mungkin saya iri. Menurut James-Lange emosi yang dirasakan adalah persepsi tentang tubuh. “kita merasa sedih karena kita manangis, marah karena kita menyerang, takut karena kita gemetar”. Teori ini dinyatakan di akhir abad ke-19 oleh James dan psikolog Eropa yaitu Carl Lange, yang membelokkan gagasan umum tentang emosi dari dalam ke luar. Diusulkan serangkaian kejadian dalam keadaan emosi:
a. Kita menerima situasi yang akan menghasilkan emosi
b. Kita bereaksi ke sitasu tersebut
c. Kita memperhatikan reksi kita
kesehatan emosional (meliputi kemampuan koping untuk menghadapi sters)
2. Intektual
Dikatakan sehat secara intelekual adalah apabila sesorang memiliki kecerdasan yang baik dan melihat realitas dan memiliki nalar yang baik dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah.
3. Sosial
Mereka mampu membuat dan mempertahankan hubungan (kesehatan sosial) hal ini bermaksud bahwa untuk mencapi kesehatan di dalam sebuah masyarakat, individu harus memahami dan memperlihtakn perilaku yan dapat diterima (sesuai). Setiap masyarakat memiliki norma dan adat istiadat: Apabila terdapat penyimpangan masyarakat memiliki norma and adat istiadat: Apabila terdapat penyimpangan dari norma-norma ini, “masalah kesehatan” atau ketidakmampuan untuk mencapai potensi diri dapat muncul.
4. Fisik
Sehat secara fisologis (tidak menderita cacat) dan tidak kekurang satu apapun.
5. Spiritual
Yakni, mereka memiliki pikiran yang tenang, mereka juga memerlukan kesehatan jiwa (kemampuan untuk berpikir dengan jelas).
TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Erik Erikson (Post-Freudian)
1. Ego dalam Teori Pasca-Aliran Freud
Terdapat tiga aspek ego yang saling berhubungan, yaitu ego tubuh (Body ego), ego ideal dan ego identitas (Ego Identity).
a. Pengaruh masyarakat
Bagi erikson ego muncul dan sebagian besar dibentuk oleh kultur.
b. Prinsip Epigenetik
Ego tumbuh sebagaimana tubuh; berkembang menurut tingkat yang telah ditetapkan, dengan perubahan tertentu yang muncul pada waktu tertentu dan perkembangan yang baru dibangun di atas struktur sebelumnya.
2. Tahap Perkembangan Psikososial
Poin-poin penting dari pendekatan tahapan perkembangan :
▲ Pertumbuhan mengikuti prinsip epigenetik
▲ Setiap tahapan memiliki interaksi berlawanan
▲ Konflik menghasilkan kekuatan ego
▲ Terlalu kecilnya kekuatan pada satu tahapan menghasilkan patologi pada tahap selanjutnya
▲ Setiap tahapan tidak pernah meninggalkan aspek biologis dalam perkembangan manusia
▲ Peristiwa-peristiwa di tahapan sebelumnya tidak menyebabkan perkembangan pribadi selanjutnya
▲ Mulai dari masa remaja sampai masa selanjutnya, perkembangan kepribadian melibatkan krisis identitas
-
a. a. Masa bayi
Gaya psikoseksual utama selama masa bayi adalah gaya sensori-oral (Oral-Sensory Mode). Ada dua gaya pembentukkan, yaitu memperoleh dan menerima apa yang diberikan. Oleh karena itu, masa bayi ditandai oleh gaya psikoseksual sensori-oral, krisi psikososial rasa percaya dasar versus rasa tidak percaya dasar (basic trust versus basic mistrust)― Bayi mengembangkan kesadaran apakah dunia merupakan tempat yang baik dan aman. Kekuatan dasar harapan (hope).
b. b. Masa kanak-kanak awal
Gaya psikoseksual utama selama masa kanak-kanak awal adalah gaya oto-uretral-anal (anal-urethral-muscular mode). Pada masa ini anak belajar mengendalikan tubuh mereka, khususnya berkaitan dengan kebersihan dan pergerakan. Hal inilah yang membangun krisi psikososial dasar di masa kanak-kanak, yang dinamakan rasa percaya dasar versus rasa tidak percaya dasar otonomi vs rasa malu dan ragu (autonomy versus shame and doubt). Anak mengininkan keseimbangan antara kemandirian serta kemampuan mencakupi kebutuhan diri dengan rasa malu dan ragu. Kekuatan kehendak (will)
c. c. Usia Bermain
Priode yang meliputi waktu yang sama dengan fase falik (phallic)―sekitar usia 3 sampai 5 tahun. Gaya psikoseksual utama selama usia bermain adalh lokomotor-genital. Kirisis psikososial (Genital-Locomotor Mode) Inisiatif vs rasa bersalah (Initiative versus Guilt) anak mencoba berbagai kegiatan baru dan tidak diliputi rasa bersalah. Kekuatan tujuan (purpose).
d. d. Usia Sekolah
Konsep usia sekolah Erikson meliputi perkembangan dari uisa 6 tahun hingga sekitar usia 12 atau 13 tahun. Usia sekolah merupakan periode latensi psikoseksual. Kirisis psikososial Industri vs inferioritas (Industry versus Inferiority) anak harus belajar berbagai keterampilan atau menghadapi berbagai perasaan tidak mampu. Kekuatan dasar usia sekolah adalah Kompetensi (competence).
e. e. Masa Remaja
Remaja, priode dari pubertas hingga masa dewasa muda, merupakan salah satu tahapan perkembangan yang paling krusial karena di akhir periode ini, seseorang harus sudah mendapatkan rasa ego identitas yang tetap. Remaja adalah fase adaptif dari perkembangan kepribadaian atau periode mencoba-coba.
Pubertas, didefinisikan sebagai kematangan genital yang memainkan peranan cukup kecil dalam kosep remaja. Kirisis psikososial Identitas vs kebingungan identitas (Identity versus Identity Confusion) remaja harus menentukan kediriannya sendiri, tentang siapakah dirinya atau kebingungan mengenai berbagai peran. Kekuatan dasar masa remaja adalah kesetiaan (Fidelity)
f. f. Dewasa Muda
Dewasa muda―masa sekitar usia 19 sampai 30 tahun tidak terlalu dibatasi oleh waktu, namun dimulai dengan adanya keintiman di awal tahapan dan perkembangan generativitas di akhir. Dewasa muda harus mengembangkan geitalitas yang matang, mengalami konflik anatar keintiman vs isolasi (Intimacy versus Isolation)― berusaha membuat komitmen dengan orang lain, jika tidak berhasil bisa menderita keterasingan dan hanya tertarik dengan diri sendiri dan kegiatan sendiri. Kekuatan dasar masa dewasa muda adalah cinta (Love)
g. g. Dewasa
Tahap perkembangan ketujuh Erikson ini dimana manusia mulai mengambil bagian dalam masyarakat dan menerima tanggung jawab dari apapun yang diberikan oleh masyarakat. Menghabiskan waktu dari usia 32 sampai 60 tahun. Masa dewasa ditandai oleh psikoseksual prokreativitas, kirisis psikososial generativitas vs stagnasi (generativity versus stagnation) orang dewasa yang matang peduli dengan kemampuan atau merasa lemah secara pribadi. Kekuatan dasar masa dewasa adalah rasa peduli (care).
h. h. Usia Lanjut
Tahap kedelapan dan juga tahap terakhir. Priode 60 tahun sampai akhir kehidupan. Gaya psikoseksual usia lanjut adalah sensualitas tergeneralisasi. Kirisis psikososial Integritas vs keputusasaan (Integrity versus Despair) lansia mencapai penerimaan hidupnya sendiri, membuat dapat menerima kematian atau putus asa atas tidak mampuan dalam menghidupkan kembali hidupnya. Kekuatan dasar usia lanjut adalah kebijaksanaan
Rangkuman Delapan Tahapan Siklus Kehidupan Erikson
Tahap
|
Gaya Psikoseksual
|
Krisi Psikososial
|
Kekuatan Dasar
|
Patologi Inti
|
Hubungan Signifikan
|
1 Masa bayi
|
Pernpasan-oral: sensori-kinestetik
|
Rasa oercaya dasar vs rasa tidak percaya dasar
|
harapan
|
Penarikan diri
|
Seseorang yang keibuan
|
2 Kanak-kanak awal
|
Otot-uretral-anal
|
Otonomi vs rasa malu, ragu
|
kemauan
|
Paksaan
|
Orang tua
|
3 Usia bermaian
|
Lokomotor-genital kekanak-kanakan
|
Inisiatif vs rasa bersalah
|
Tujuan
|
Keterhambatan
|
Keluarga
|
4 Usia seolah
|
Latensi
|
Industri vs rasa rendah diri
|
Kompetensi
|
Intersia
|
Lingkungan tempat tinggal, sekolah
|
5 Remaja
|
Pubertas
|
Identitas vs kebingungan identitas
|
Kesetian
|
Penyagkalan peran
|
Kelompok teman
|
6 Dewasa muda
|
Genitalitas
|
Keintiman vs keterasingan
|
Cinta
|
Eksklusivitas
|
Pasangan seksual
|
7 Dewasa
|
Prokreativitas
|
Generativitas vs stagnasi
|
Kepedulian
|
Penolakan
|
Pekerjaan terpisah dan berbagai rumah tangga
|
8 Usia lanjut
|
Generalisai gaya sensual
|
Integritas vs keputusasaan
|
Kebijaksanaan
|
penghinaan
|
Semua umat manusia
|
PSIKOLOGIANALISA FREUD
1. Dasar-Dasar dari Teori Psikoanalisa
Dasar kepribadian seseorang diperoleh sejak masa kecil, kejadian masa kecil atau masa lalu menjadi bagian dari ketidaksadaran. Gangguan jiwa terjadi akibat pertentangan antara id (dorongan instinctual) dan superego (dorongan untuk mengikuti norma masyarakat). Pengalaman masa mendatang hanya pengulangan dari pengalaman masa lalu.
2. Tingkat Kehidupan Mental
Bagi Freud, kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam bahwa sadar.
a. Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan dan tindaka kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, seringkali kita tidak menyadari proses metal yang ada di balik perilaku tersebut. Misalkan, seorang pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik pada seorang wanita tetapi tidak benar-benar memahami alas an dibalik ketertarikannya, yang bisa saja bersifat tidak rasional.
b. Alam Bawah Sadar
Alam bawah sadar (preconscious) ini memuat semua elemen yang tidak disadari, tetapi bisa muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar. Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber, yang pertama adalah persepsi sadar (conscious perception). Apa yang dipersepsikan orang secara sadar dalam waktu singkat, akan segar masuk kedalam alam bawah sadar.
Sumber kedua dari gambaran-gambaran bawah sadar adalah tidak sadar. Freud yakin bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk ke alam bawah sadar dalam bentuk yang tersembunyi.
c. Alam Sadar
Alam sadar (conscious) adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk ke alam sadar. Pintu pertama melalui sistem kesadaran perseptual (perceptual conscious), yaitu terbuka pada dunia luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus dari luar.
Sumber kedua bagi elemen alam sadar ini datang dari dalam struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari alam bawah sadar maupun gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar.
3. Wilayah Pikiran
Freud membagi pemikiran menjadi tiga bagian, yaitu : (1) id, (2) ego, dan (3) super ego. Ketiga tahap ini memiliki sifat dan tujuan yang berbeda-beda.
a. Id
Komponen yang tak sepenuhnya diakui oleh kepribadian. Id tak punya kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu berupaya untuk meredam ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Ini dikarenakan satu-satunya fungsi id adalah untuk memperoleh kepuasan sehingga kita menyebutnya sebagai prinsip kesenangan (pleasure principle).
Id bersifat tidak realistis dan mencari kesenangan, tidak logis dan mampu memuaskan pikiran-pikiran yang saling bertentangan satu dengan lainnya. Id adalah wilayah yang primitif, kacau balau, dan tak terjangkau oleh alam sadar. Id tidak sudi diubah, amoral, tidak logis, tak bisa diatur, dan penuh energi yang datang dari dorongan-dorongan dasar serta diacuhkan semata-mata untuk memuaskan prinsip kesenangan.
b. Ego
Ego adalah satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki kontak dengan realita. Ego berkembang dari id semasa bayi dan menjadi satu-satunya sumber seseorang dalam berkomunikasi dengan dunia luar. Ego dikendalikan dengan prinsip kenyataan (reality principle), yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik id. Sebagai satu-satunya wilayah dari pikiran yang berhubungan dengan dunia luar, maka ego pun mengambil peran eksekutif atau pengambil keputusan dari kepribadian. Akan tetapi, oleh karena ego sebagian bersifat sadar, sebagian bersifat bawah sadar,dan sebagian lagi tidak sadar, maka ego bias membuat keputusan di ketiga tingkat tersebut.
Ego terus-menerus berupaya untuk mengendalaikan tuntutan buta dan irasional dari id serta superego dengan tuntutan realistis dari dunia luar. Ego memuculkan reaksi yang sudah biasa diperkirakan sebelumnya-yaitu, cemas. Oleh karena itu ego menggunkan represi dan mekanisme pertahanan (defence mechanisme) lainnya untuk melindungi diri dari kecemasan tersebut.
Id tidak berubah sedangkan ego terus mengembangkan aneka strategi untuk mengontrol tuntutan-tuntutan id akan kesenangan yang tidak realistis dan tidak sudi untuk tunduk. Kadang-kadang, ego sanggup mengekang dorongan id yang serba kuat dan mencari kesenangan yang tidak realistis dan tidak sudi untuk tunduk. Kadang-kadang, ego sanggup mengekang dorongan id, tetapi kadang-kadang id gagal memegang kendali. Ego tidak memiliki tidak memiliki kekuatan sendiri karena ia meminjam energi dari id. Sekalipun bergantung pada id, kadang-kadang ego berhasil untuk memegang kendali penuh, contohnya pada seseorang yang matang secara psikologis.
c. Superego
Superego mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralitas dan idelis (moralistic and idealistic principles) yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari id dan prinsip realitas dari ego. Superego berkembang dari ego dan seperti ego, ia tak memiliki kekuatan sendiri. Perbedaannya dari ego adalah superego tak punya kontak dengan dunia luar sehingga tuntutan superego akan kesempurnaan pun menjadi tidak realistis.
Superego memiliki dua subsitem, suara hati (conscience) dan ego ideal. Secara umum suara hati lahir dari pengalaman-pengalaman mendapat hukuman atas prilaku yang tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-hal yang sebaiknya dilakukan. Sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman mendapatkan imbalan atas perilaku yang tepat dan mengarah kita pada hal-hal yang sebaiknya dilakukan.
Superego yang berkembang dengan baik berperan dalam mengendalikan dorongan-dorongan seksual dan agresif melalui proses represi. Superego memang tidak bias memproduksi represi sendiri, tetapi superego bias memerintahkan ego untuk melakukan hal tersebut. Superego mengawasi ego dengan ketat serta menilai tindakan dan niat dari ego. Rasa bersalah muncul saat ego bertindak―atau berniat bertindak bertentangan dengan standar moral superego. Perasaan inferior muncul ketika ego tidak bisa memenuhi standar kesempurnaan yang ditetapkan oleh superego. Jadi,rasa bersalah merupakan fungsi dari suara hati sementara perasaan inferior berakar pada ego ideal.
Freud menggaris bawahi bahwa antara wilayah pikiran tersebut tidaklah dipisahkan secara tegas maupun dibagi oleh sekat yang jelas. Perkembangan ketiga wilayah ini bervariasi antarindividu yang berbeda.
4. Instink
Konsep-Konsep Dasar Freud adalah instink, instink merupakan representasi psikologis dari kebutuhan ragawi, untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Karakteristik dari instink, yaitu :
a. Sumber : kondisi jasmani yang merasakan adanya kekurangan (disebut kebutuhan)
b. Tujuan : menghilangkan rangsangan atau tegangan yang dirasakan oleh id dan ego
c. Objek : segala sesuatu yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan atau dapat meredakan ketegangan seperti benda, tindakan, atau kondisi yang dapat memberikan kenikmatan atau kepuasaan
d. Imprtus (kekuatan) : daya atau tenaga atau kekuatan yang ditentukan oleh intensitas kebutuhan yang mendasarinya
Freud membagi instink ke dalam 2 kategori yaitu, Life instik (instik hidup) misalkan lapar, haus dan sex, dan Death isntik (instik mati) instink yang merusak (destruktif) yaitu salah satu derivatnya adalah dorongan agresif.
5. Mekanisme Pertahanan Diri
Freud pertama kali mengembangkan pemikiran tentang mekanisme pertahan diri (defence mechanisms) pada tahun 1926. Sekalipun mekanisnme pertahanan ini normal dan digunkan secara universal, apabila digunakan secara ekstrem, maka mekanisme-mekanisme ini akan mengaruh pada perilaku yang kompulsif, repetitive juga neurotis. Tujan mekanisme pertahan diri untuk melindungi ego dan mengurangi kecemasan.
Mekanisme-mekanisme pertahanan utama yang diidentifikasi oleh Freud mencakupi represi, pembentukan reaksi, pengalihan, fiksasi, regresi, proyeksi, introyeksi, dan sublimasi.
a. Represi manakala ego terancam oleh dorongan-dorongan id yang tidak dikehendaki, ego melindungi dirinya dengan merepresi dorongan-doronga tersebut dengan cara memaksa perasaan-perasaan mengacam masuk ke alam tidak sadar.
Misalkan, seorang perempuan muda bias selamanya menekan rasa marah pada adik perempuannya karena rasa benci tersebut melahirkan kecemasan yang terlalu besar.
b. Regresi pada saat saat libido melewati tahap perkembangan tertentu, di masa-masa penuh stress dan kecemasaan, libido bisa kembali ke tahap yang sebelumnya (munder ke cara di masa lalu).
Misalkan, perempuan dewasa bisa menangis seperti anak kecil ketika keinginannya tidak dikabulkan orang tuanya.
c. Reaction Formation berhenti di satu fase tertentu karena fase berikutnya menimbulkan kecemasan.
Misalkan, perempuan muda yang sangat marah dan benci pada ibunya. Oleh karena ia tahu bahwa masyarakat menuntut anak untuk sayang pada orang tuanya, maka kesadaran akan rasa benci pada sang ibu akan membuat merasakan kecemasan yang besar. Guna menghindari rasa sakit akibat dari kecemasan itu, maka si perempuan muda ini berkonsentrasi pada dorongan-dorongan sebaliknya―cinta. Akan tetapi, “cinta”-nya pada sang ibu tidaklah tulus. Perempuan muda menyembunyikan kebenaran―yaitu rasa benci pada sang ibu―yang membuatnya cemas.
d. Pengalihan atau (displacement) meyakini bahwa pembentukan reksi terbatas hanya pada satu objek tunggal (mengalihkan pada objek lain yang lebih memungkinkan).
Misalkan, orang yang memiliki rasa cinta reaktif akan membanjiri orang yang diam-diam mereka benci dengan perhatian berlebihan.
e. Proyeksi memproyeksikan impulsnya pada orang lain seolah-olah orang lain yang memiliki impuls tersebut.
Misalkan, seorang pria memiliki hati kepada wanita tetapi ia berkata pada orang disekitarnya bahwa si wanita yang memiliki hati kepadanya.
f. Introyeksi, diamana sesorang meleburkan sifat-sifat postif orang lain ke dalam egonya sendiri.
Misalkan seorang remaja mengadopsi perilaku, nilai, atau gaya hidup seorang bintang film.
6. Tahap Perkembangan
Tahap
|
Fokus
|
Oral (0-18 bulan)
|
Pusat kesenangan di mulut, menghisap, menggigit dan mengkunyah.
|
Anal (18-36 bulan)
|
Pusat kesenangan di anus dan fungsi-fungsi pembuangan atau ekskresi. cocok untuk melatih toilet traning
|
Phallic (3-6 tahun)
|
Pusat kesenangan pada wilayah genital yang menjadi zona erogen utama.
|
Laten (6-Remaja)
|
Perkembangan psikoseksual yang nonaktif
|
Genital Remaja-Dewasa
|
Kematangan seksual
|
PSIKOLOGI INDIVIDUAL ALLPORT
1. Struktur Kepribadaian
Menurut Allport, struktur terpenting adalah yang dapat mengekspresikan manusai dalam konteks karekteristik individual, yang disebutnya sebagai disposisi personal.
a. Disposisi Personal
Sifat umum adalah karekteristik umum yang dimiliki oleh banyak orang. Sifat tersebut dapat ditemukan dengan cara melakukan kajian analisis atau melalui inventori kepribadian lainnya. Disposisi personal mempunyai tingkat kepentingan yang lebih tinggi karena membantu peneliti mempelajari seseorang.
Perbedaan utama antara disposisi personal dan sifat umum diindikasi dalam pernyataan “khas bagi individu”. Disposisi personal bersifat individual; sedangkan sifat umum dimiliki oleh beberapa orang.
b. Tingkatan Disposisi Personal
Disposisi Pokok beberapa orang mempunyai kerekteristik yang sangat kuat atau emosi kuat yang bersifat mengatur dan sangat menonjol sehingga hal tersebut mendominasi hidup orang-orang tersebut. Allport (1961) menyebutkan disposisi personal ini sebagai disposisi pokok. Disposisi ini sangat jelas terlihat sehingga tidak dapat disembunyikan.
Disposisi Sentral, mencakup 5-10 karakteristik paling menonjol di mana hidup seseorang terfokus di sekitarnya.
Disposisi Sekunder. Disposisi pokok yang paling menonjol dalam diri seseorang menaungu disposisi sentral, yang tidak terlalu mendominasi, namum tetap menandai kekhasan orang tersebut. Disposisi sentral yang mengarahkan kebanyakan perilaku adaptif dan ekspresif seseorang, kemudian berbaur menjadi disposisi sekunder yang tidak terlalu mendeskripsikan orang tersebut.
c. Disposisi Motivasi dan Ekspresif Allport menyebutkan disposisi yang dialami dengan sangat kuat sebagai disposisi motivasi. Allport (1961) merujuk pada disposisi personal yang dialami tidak terlalu kuat sebagai disposisi ekspresif walupun disposisi tersebut juga mempunyai kekuatan motivasi. Disposisi ekspresif mengarahkan tindakan, disposisi motivasi memuculkan tindakan. Contoh dari disposisi ekspresif adlah penampilan seseroang yang rapih dan sempurna.
d. Proprium Allport menggunakan istila proprium untuk merujuk perilaku dan karakteristik yang dianggap manusia sebagai sesuatau yang penting, sentral, dan hangat dalam kehidupan mereka. Perilaku yang tidak bersifat proprium meliputi (1) dorongan dan kebutuhan dasar yang biasanya dapat dipenuhi dan terpuaskan tanpa banyak kesulitan; (2) kebiasaan-kebiasaan umum, seperti menggunakan pakaian, mengucap “halo” pada orang lain; serta (3) perilaku sehari-hari, seperti merokok atau menggosok gigi, yang dilakukan secara otomatis dan tidak krusial dalam pembentukan rasa diri seseorang.
2. Motivasi
Motivasi harus mempertimbangkan perbedaan anatara moral sekunder (peripheral motives) dan usaha kuat yang bersifat sentral (propriate striving). Psikoanalisis dan beragam teori belajar pada dasarnya merupakan teori yang bersifat homestatis atau reaktif, kareana berpandangan bahwa manusia pada dasarnya termotivasi oleh kebutuhan untuk menurunkan tekanan dan untuk kembali pada suatu kondisi ekuilibrium.
3. Otonomi Fungsional
Konsep otonomi fungsional (functionally autonomy) Allport (1961) mengenai banyak motif manusia yang kelihatannya tidak dijelaskan oleh prinsip-prinsip hedonisme dan reduksi-dorongan (drive-reduction). Otonomi fungsional merepresentasikan sebuah teori mengenai perubahan dan merupakan pencapaian tertinggi dari ide-ide Allport mengenai motivasi. Otonomi Fungsional dibagi menjadi :
▲ Otonomi fungsional yang bersifat memelihara
▲ Otonomi fungsional yang bersifat sentral
▲ kriteria otonomi fungsional
▲ Proses-proses yang tidak otonomi secara fungsional
DAFTAR PUSTAKA
Feist ,Jess & Georgy J.Feist . 2012. Teori Kepribadian (bagian 1). Jakarta : Salemba Humanika.
Feist, Jess & Georgy J.Feist . 2012. Teori Kepribadian (bagian 2). Jakarta : Salemba Humanika.
Henderson, Christine & Kathleen Jones. 1997. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.
Riyanti, Dwi B.P & Prabowo Hendro. 1998. Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar