Teori
Belajar Skinner Behaviorisme
Menurut teori behavioristik belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984).
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin,
2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa
saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa
yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Skinner (1953) mengenali dua bentuk
pengondisia, klasik dan operan. Melalui pengkondisian klasik (yang disebut
skinner sebagai pengkondisian responden), suatu respon diperoleh dari sebuah
organisme dengaan suatu stimulus yang spesifik dan dapat diidentifikasikasi.
Dengan pengondisian operan (yang juga disebut sebagai pengondisian Skinnerian),
sebuah perilaku dibuat lebih mungkin untuk terjadi saat diberikan penguatan
secara langsung.
Salah satu perbedaan antara pengondisian klasik
dan operan adalah bahwa pada pengondisian klasik, perilaku diperoleh dari organism, sementara dalam pengondisian operan,
perilakau terpancar.
1.
Pengondisian
Klasik
Dalam pengondisian klasik, suatu stimulus netral (conditioned) dipasangkan beberapa kali
dengan―berarti langsung diikuti―suatu stimulus yang tidak dikondisikan (unconditioned) sampai mampu membawa
sebuah respons yang sebelumnya tidak dikondisikan menjadi respons terkondisi.
Contoh
perilaku refles. Perilaku refleks yang tidak sederhana contohnya, sebelum
terjadinya geluduk terjadi petir
terlebih dahulu, orang yang sudah melihat petir akan refleks menutup
kupingnya karena ia tau akan terjadi geluduk.
2.
Pengondisian
Operan
Pengondisian operan
adalah pemungutan yang langsung dari sebuah respon. Kemudian, penguatan akan
meningkatkan kemungkinan dari perilaku yang sama untuk terjadi lagi. Organism
beroperasi dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan suatu efek yang spesifik.
·
Pembentukan
(shaping) adalah suatu prosedur ketika peneliti atau
lingkungan memberikan suatu penghargaan atas perkiraan kasar dari perilaku
tersebut, lalu perkiraan yang lebih dekat, dan terakhir, perilaku yang diinginkan
tersebut.
Contoh mengajari
seorang anak keterbatasan mental untuk memakai baju sendiri. Perilaku utama
dari anak tersebut adalah untuk mengenakan sendiri bajunya. Apa bila orang tua
menahan pemberian penguatan sampai perilaku target ini terjadi, maka anak
tersebut, tidak akan berhasil melalukannya. Untuk melatih anak tersebut orang
tua harus memecah perilaku mengenakan pakaian yang kompleks menjadi
bagian-bagian yang sederhana. Seperti orang tua memberikan penghargaan,
misalkan permen.penghargaan ini diberikan sampai anak bisa memakai baju
sendiri. Anak dapat mencapai target akhir perilaku apabila orang tua memecah
suatu perilaku yang kompleks menajdi bagian-bagianperilaku yang lebih spesifik,
kemudian menguatkan perkiraan berkala pada suatu respons.
·
Penguatan
(reinforcement)
memiliki dua efek: memperkuat perilaku dan
memberikan penghargaan pada orang
tersebut. Setiap perilaku yang diberi penguatan tidak selalu bersifat
memberikan penghargaan atau menyenangkan bagi orang tersebut.
Contoh orang-orang
di beri pengutan untuk bekerja, tetapi pekerjaan mereka membosankan dan tidak
memberikan penghargaan apa pun. Penguatan ada di dalam suatu lingkungan dan
bukanlah sesuatu yang dapat dirasakan oleh manusia.
Pengutan
ada dua, penguatan positif dan penguatan negatif.
·
Hukuman
(punishment) adalah pemberian
stimulus yang tidak menyenangkan, seperti setruman atau menghilangkan stimulus
yang menyenangkan, seperti memutuskan hubungan telpon seorang remaja. Berbeda
dengan pengutan negatif yang menghilangkan, mereduksi, dan menghindari stimulus
yang tidak menyenangkan.
·
Pengutan
yang dikondisikan dan digeneralisasi (kadang siebut dengan
penguatan primer)adalah stimulus lingkungan yang tidak secara alami memuaskan,
namun menjadi seperti itu karena diasiosiasikan dengan penguat primer atau yang tidak dipelajari, seperti makanan, air, seks,
atau kenyamanan fisik.
·
Jadwal
pengutan - Rasio-tetap
(fixed-ratio- schedule)
- Rasio-bervasiasi
(variable-ratio schedule)
-
Interval-tetap (fixed-interval schedule)
-
Interval-bervariasi (variable-interval
schedule)
Teori Relasi Objek Melanie Klein
Ada
tiga hal yang membedakan teori relasi objek berbeda dengan teori Freud.
Pertama, teori relasi objek tidak terlalu menekan dorongan-dorongan biologis
dan menekankan pada pentingnya pola yang konsisten dalam hubungan
interpersonal. Kedua, kebalikan dari teori Freud yang yang bersifat
paternalistis dan menakan pada kekuatan kontrol ayah, teori relasi objek
cenderung lebih maternal dengan menekankan keintiman dan pengasuhan ibu,
ketiga, teori relasi objek umumnya lebih memandang kontak dan hubungan sebagai
motif utama tingkah laku manusia―bukan kesenangan seksual.
1. Kehidupan Psikis pada Bayi
Jika
Freud menekankan pada beberapa tahun pertama dalam kehidupan manusia, maka
Klein lebih menekankan pada pentingnya empat sampai enam bulan pertama.
Baginya, seorang bayi lebih tidak memulai hidupnya sebagai individu yang
kosong. Bayi membawa predisposisi untuk mengurangi pengalaman kecemasan yang
dihasilkan oleh dorongan insting hidup dan insting mati. Kesiapan bayi untuk
bertindak atau bereaksi seperti yang diharapkan secara filogenetis merupakan
factor bawaan, sebuah konsep yang juga disetujui oleh Freud.
·
Fantasi,
bayi saat baru lahir sudah memiliki keiduppan fantasi yang aktif dan dasar
fantasi “baik” dan “buruk”.
Contohnya perut penuh adalah baik; perut kosong
adalah tidak baik. Selanjutnya Klein mengemukakan bayi yang tertidur saat
sedang mengisap jarinya sebagai berfantasi bawa ia mengisap puting payudarah
ibunya dengan baik. Bayi yang kelaparan dan menangis serta kakinya yang
menendang berfantasi buruk sedang menghancurkan payudara ibunya yang buruk.
·
Objek,
dorongan bawaan berupa objek. Objek ini kemudian diintroyeksikan atau dibawa ke
dalam dunia fantasi anak-anak. Objek yang diintroyeksikan lebih dari sekedar
pemikiran internal mengenai objek eksternal; mereka juga berkhayalan dengan
menginternalisasikan objek dalam istilah-istilah yang berwujud dan konkret.
Contoh, anak yang mengintroyeksikan sang ibu percaya
bahwa ibunya akan selalu di dalam dirinya.
2. Posisi
Kleinm(1946)
memandang bayi secara konstan terlibat dalam konflik mendasar antara insting
hidup dan insting mati. Seiring dengan pergerakan ego menuju integrasi dan
menjauhi disintegrasi, secara alamiah bayi akan memilih sensasi yang
menyenagkan daripada yang membuatnya frustasi.
Dalam
usahanya dalam menghadapi objek internal dan eksternal, bayi mengatur pengalaman mereka berdasarkan posisi tertentu. Posisi untuk mewakili
pertumbuhan dan perkembangan normal. Dua posisi yang dikemukakannya adalah posisi paranoid-schizoid dan posisi depresif.
·
Posisi
Paranoid-Schizoid adalah mengatur pengalaman yang
mengandung perasaan paranoid sebagai cara memisahkan objek internal dan
eksternal menjadi objek yang baik dan buruk.
·
Posisi
Depresif adalah perasaan cemas karena takut kehilangan objek
yang dicintai dan perasaan bersalah karena menginginkan kehancuran objek yang
dicintai.
3. Mekanisme Pertahanan Psikis
Klien
(1955) mengemukakan bahwa sejak awal masa bayinya, anak dapat mengadopsi
beberapa mekanisme pertahanan diri psikis untuk melindungi perasaan yang
berasal dari kecemasan sadistis oral mengenai payudara-payudara sebagai objek
yang destruktif dan menakutkan di satu sisi, namun payudara sebagai objek yang
menyengkan dan sangat membantunya d isisi yang lain.
·
Introyeksi
(introjection) adalah khayalan yang
diperoleh bayi mengenai persepsi dan pengalaman mereka dengan objek eksternal,
yang asalnya dari payudara ibu. Objek-objek yang diintroyeksikan bukan
representasi akurat dari objek nyata, tetapi sudah diwarnai dengan khayalan
anak-anak. Misalnya, bayi berkhayal
bahwa ibunya selalu ada bersamanya sehingga mereka merasa sosok ibunya berada
di dalam badanya.
·
Proyeksi
(projection) merupakan khayalan yang
dirasakan oleh seseorang dan implus-implus yang sebetulnya dipindahkan pada
orang lain, tidak berasal dari dalam diri sendiri. Anak memproyeksikan gambaran
baik dan buruk dalam objek eksterna, terutama objek mengenai orang tua mereka. Contohnya, anak laki-laki memiliki
keinginan untuk mengebiri ayahnya kemungkinan merupakan proyeksi dengan
menyalahkan ayahnya.
·
Pemisahan
(splitting) bayi dapat mengatur
aspek-aspek baik dan buruk serta objek eksternal dengan cara memisahkan
implus-implus yang tidak sesuai. Pemisahan ini juga memungkinkan seseorang
untuk melihat aspek positif dan negatif pada kepribadiannya sendiri dan
membedakan antara kepribadian yang disukai dan tidak disukai. Sebaliknya, jika
pemisah dilakukan secara berlebih dan tidak luwes, maka bisa menyebabkan
represi patologis. Misalnya, jika
ego anak sangat kaku untuk dipisahkan menjadi saya yang baik and saya yang
buruk, maka mereka tidak dapat mengintroyeksikan pengalaman buruknya menjadi
ego baik.
·
Indentifikasi
Proyektif (projective
identification) adalah di mana bayi memisahkan bagian dari diri mereka yang
tidak dapat diterimanya kemudian diproyeksikan menjadi objek lain. Misalnya, bayi biasanya memisahkan
bagian dari implus destruktif mereka dan
memproyeksikannya pada payudara sebagai payudara yang buruk membuat frustasi.
4. Internalisasi
Memasukkan aspek ekstrenal kemudian diolah
menjadi rangka kerja yang bermakna secara psikologos, termasuk ego, superego
dan Oedipus complex. Oedipus complex terbagi dua male Oedipus complex dan
female Oedipus complex.
·
Ego,
merupakan
aspek yang paling tidak teratur, namun ego cukup kuat untuk merasakan
kecemasan, untuk menggunakan mekanisme pertahanan diri, serta untuk membentuk
objek relasi awal pada khayalan dan kenyataan. Bayi mengintroyeksikan payudara
baik dan payudara buruk, dan gambaran ini merupakan titik utama untuk
pembentukan ego selanjutnya. Contohnya,
saat ego mengalami payudara baik, maka ego mengarapkan pengalaman yang sama
dengan objek lain, seperti tangan, dot, atau ayahnya.
·
Superego,
gambaran
Klein mengenai superego berbeda dari gambaran Freud . ada tiga aspek penting
yang membedakan pandangan dengan Freud. Pertama, proses penggabungan yang
terjadi pada waktu kehhidupan yang lebih awal. Kedua, pertumbuhan Oedipus complex yang tidak mencukupi.
Ketiga, pandangan lebih keji dan kasar.
·
Oedipus
complex, terjadi selama tahap falik, yaitu ketika anak
berusia sekitar empat sampai lima tahun dan setelah mereka melewati tahap oral
dan anal. Sebaliknya, bagian terpenting dari Oedipus complex adalah bahwa ketakutan anak akan adanya ancaman
dari orang tuanya. Menekankan pentingnya anak-anak menjaga perasaan positif
terhadap kedua orang tuanya selama
tahun-tahun Oedipal. Ia berhipotesis
bahwa selama tahap-tahap awal, Oedipus
complex menyediakan kebutuhan yang sama, baik terhadap anak laki-laki
ataupun perempuan yaitu untuk membangun sikap positif dengan objek yang baik
dan menyenangkan dan menghindari objek yang menakutkan.
Teori
Belajaar Kognitif Sosial Rotter dan Mischel Humanistik
Rotter
|
Mischel
|
1. Interaksi
manusia dengan lingkungan yang bermakna
|
1. Konsistensi
Paradoks, perilaku tergantung pad prespsi individu/kelompok. Perilaku dengan
sifat tidak berhubungan semua tergantung kondisi/ situasi.
|
2. Bisa
dipelajari
|
2. CAPS
(cognitive-affective personality system)
|
2. Kesatuan
mendasar
|
3. Interaksi
manusia
|
3. Motivasi
terarah kesuatu tujuan (goal-oriented)
|
|
4. Manusia
mampu mengantisipasi kejadiaan
|
|
5. Kebutuhan
·
Pengakuan-status, kebutuhan untuk
diakui oleh orang lain dan untuk mendapat status di mata orang lain.
·
Dominasi, kebutuhan untuk
mengendalikan perilaku orang lain.
·
Kemandirian, kebutuhan untuk
bebas dari dominasi orang lain.
·
Perlindungan-ketergantungan,
kebutuhan untuk diperhatikan oleh orang lain, untuk dilindungi dari rasa
frustrasi dan sesuatu yang menyakitkan, serta untuk memuaskan kategori
kebutuhan lainnya.
·
Cinta dan afeksi,kebutuhan untuk
diterima oleh orang lain yang lebih dari sekedar pengakuan dan status.
·
Kenyamanan Fisik, kebutuhan ini meliputi perilaku-perilaku
yang diarahkan untuk mendapatkan makanan, kesehatan yang baik, dan keamanan
fisik. Misalkan makan, tidur.
|
|
6. Dua
sekala untuk memprediksikan prilaku
·
Skala internal-eksternal
·
Interpersonal/ trust/ kepercayaan
interpersonal, kepercayaan terhadap orang lain dengan kata lisan maupun
tertulis. Contoh, percaya dengan
janji-janji politikus.
|
|
sumber :
Feist ,Jess &
Georgy J.Feist . 2012. Teori Kepribadian
(bagian 1). Jakarta : Salemba
Humanika.
Feist, Jess &
Georgy J.Feist . 2012. Teori Kepribadian
(bagian 2). Jakarta : Salemba
Humanika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar