Definisi & Proses Komunikasi
Argiris
(1994) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang,
kelompok, atau organisasi (sender) mengirimkan informasi (massage) pada
orang lain, kelompok, atau organisasi (receiver). Proses komunikasi
umumnya mengikuti beberapa tahapan. Pengirim pesan mengirimkan informasi pada
penerima informasi melalui satu atau beberapa sarana komunikasi. Proses
berlanjut dimana penerima mengirimkan feedback atau umpan balik pada
pengirim pesan awal. Dalam proses tersebut terdapat distorsi-distorsi yang
mengganggu aliran informasi yang dikenal dengan noise.
Proses komunikasi dapat dijelaskan melalui pemahaman unsur-unsur
komunikasi yang meliputi pihak yang mengawali komunikasi, pesan yang
dikomunikasikan, saluran yang digunakan untuk berkomunikasi dan gangguan saat
terjadi komunikasi, situasi ketika komunikasi dilakukan, pihak yang menerima
pesan, umpan dan dampak pada pengirim pesan. Pengirim atau sender merupakan
pihak yang mengawali proses komunikasi. Sebelum pesan dikirimkan, pengirim
harus mengemas ide atau pesan tersebut sehingga dapat diterima dan dipahami
dengan baik oleh penerima, Proses pengemasan ide ini disebut dengan encoding.
Pesan yang akan dikirimkan harus bersifat informatif artinya
mengandung peristiwa, data, fakta, dan penjelasan. Pesan harus bisa menghibur,
memberi inspirasi, memberi informasi, meyakinkan, dan mengajak untuk berbuat
sesuatu. Pesan yang telah dikemas disampaikan melalui media baik melalui media
lisan (dengan menyampaikan sendiri, melalui telepon, mesin dikte, atau
videotape), media tertulis (surat, memo, laporan, hand out, selebaran, catatan,
poster, gambar, grafik), maupun media elektronik (faksimili, email, radio, televisi).
Penggunaan media untuk menyampaikan pesan dapat mengalami gangguan
(noise) yang dapat menghambat atau mengurangi kemampuan dalam mengirim dan
menerima pesan. Gangguan komunikasi dapat berupa faktor pribadi (prasangka,
lamunan, perasaan tidak cakap) dan pengacau indra (suara yang terlalu keras
atau lemah, bau menyengat, udara panas). Situasi juga dapat mempengaruhi
jalannya komunikasi karena situasi dapat mempengaruhi perilaku pihak yang
berkomunikasi sehingga pada waktu berkomunikasi dengan pihak lain tidak hanya
harus mempertimbangkan isi dan cara penyampaian, tetapi juga situasi ketika
komunikasi akan disampaikan.
Setelah
pesan disampaikan, pihak yang menerima pesan (receiver) harus dapat
menafsirkan dan menerjemahkan pesan yang diterima. Penafsiran pesan mengkin
akan sama atau berbeda dengan pengirim pesan. Jika penafsiran sama, maka
penafsiran dan penerjemahan penerima benar dan maksud pengirim tercapai.
Jika penafsiran berbeda maka penafsiran dan penerjemahan salah dan
maksud tidak tercapai. Penafsiran pesan ini sangat dipengaruhi oleh ingatan dan
mutu serta kedekatan hubungan antara pengirim dan penerima.
Unsur
terakhir dalam komunikasi adalah umpan balik merupakan tanggapan penerima
terhadap pesan yang diterima dari pengirim. Umpan balik bisa berupa tanggapan
verbal maupun non verbal dan bisa bersifat positif maupun negatif. Umpan balik
positif terjadi bila penerima menunjukkan kesediaan untuk menerima dan mengerti
pesan dengan baik serta memberikan tanggapan sebagaimana diinginkan oleh
pengirim. Sedangkan umpan balik negatif dapat benar juga dapat salah. Umpan
balik negatif dikatakan benar jika isi dan cara penyampaian pesan dilakukan
secara benar, penafsiran dan penerjemahan penerima pesan juga benar. Umpan
balik negatif dikatakan salah jika isi dan cara penyampaian pesan dilakukan
secara benar tetapi penafsiran pesan salah. Dalam komunikasi secara bergantian
peran penerima pesan bisa berubah menjadi pengirim pesan dan pengirim pesan
berubah menjadi penerima pesan.
Hambatan-hambatan
dalam Berkomunikasi
hal yang bisa menghambat
untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Menurut Leonard R.S. dan George
Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip
oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif,
yaitu:
▲ Mendengar
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi
yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi.
Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar
▲
Mengabaikan informasi yang bertentangan
dengan apa yang kita ketahui
▲ Menilai sumber Kita cenderung menilai
siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi
tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya
▲ Persepsi yang
berbeda Komunikasi
tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan
si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara
pengirim dan penerima pesan
▲ Kata yang
berarti lain bagi orang yang berbeda Kita sering
mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang
menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang
menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam
atau satu jam kemudian
▲ Sinyal
nonverbal yang tidak konsisten Gerak-gerik kita ketika
berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita
pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi
yang berlangsung
▲ Pengaruh
emosi Pada
keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita
atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya
▲ Gangguan
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak
yang jauh, dan lain sebagainya
Sumber
:
Anatan
& Nurrohim (2009). Efektivitas Komunikasi dalam Organisasi, Jurnal Vol 7 No 4
Herujito,
Yayat M. 2001. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta:
Grasindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar